[Bahasa Indonesia] Tanda Baca: Tanda Pisah
- Evinta Luthfi
- Feb 2, 2017
- 3 min read

Pertama-tama, aku mau mengucapkan terima kasih banyak pada teman-temanku yang percaya pada kemampuanku, hingga sering betanya tentang dunia kepenulisan. Ketahuilah, setiap hal yang kalian lakukan sering inspirasiku, salah satunya pertanyaan-pertanyaan kalian itu. Sampai pada akhirnya rasa percaya diriku tumbuh perlahan, lantas berani menulis hal seperti ini di blog pribadiku.
Untuk yang episode kesatu, seperti dalam judul, aku akan membahas tentang tanda pisah (—). Karena beberapa kali aku mendapatkan pertanyaan tentang yang satu ini. Tetapi tidak bisa menjelaskan secara benar. Soalnya—yah, aku nggak begitu pandai berbicara di hadapan orang. Apalagi menjelaskan tentang sesuatu.
Menurut Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) , tanda pisah memiliki tiga fungsi, yaitu:
Untuk membatasi menyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Kalian memperhatikan kalimat terakhir yang kutulis di paragraf kedua? Nah, itulah salah satu fungsi tanda pisah yang dimaksud di poin a ini. Aku menaruh tanda pisah di sana sebab aku menyisipkan kata “yah”, yang sama sekali tidak memiliki arti. Hanya—apa, ya? Supaya lebih santai dan natural mungkin. Hal seperti ini dapat dengan mudah kalian temukan di dalam novel. Terutama di bagian dialog.
“Coba saya lihat,” kata Holmes, “Hm! Lahir di New Jersey pada tahun 1858. Suaranya alto—hm! La Scala, hm! Primadona Opera Imperial di Warsawa—Ya! Sudah berhenti bekerja di panggung—ha! Sekarang tinggal di London—begitulah! Saya kira Yang Mulia terlibat dengan wanita muda ini, dan pernah menulis beberapa surat yang membahayakan kedudukan Yang Mulia. Kini, Yang Muliabermaksud mendapatkan surat-surat itu kembali.”
“Sherlock Holmes: Scandal di Bohemia” karya Sir Arthur Conan Doley.
…Dompet, tas tangan, kertas, uang tunai—semuanya sampah. Sebagian anggota regu tak dapat menahan diri—kebiasaan lama susah dihilangkan—dan ke mana-mana membawa segepok pecahan seratus dolar tak berguna yang dijejalkan dalamsaku mereka.
“The 5th Wave” karya Rick Yancey
Tunggu! Apa kalian lihat perbedaan penggunaan tanda pisah di sana? Masudku—coba lihat sekali lagi!
Aku menggunakan tanda koma (,) setelah kata sisipan “yah”. Tetapi di dialog Sherlock Holmes menggunakan tanda seru (!) setelah kata sisipan. Sedangkan di salah satu narasi The 5th Wave tanda pisah digunakan lagi sebagai pengakhir kalimat yang disisipkan.
Kalian pasti tahu alasannya. Benar! Aku menggunakan tanda koma sebab seharusnya setelah kata “soalnya” diberi tanda koma. Begitu juga jika kalimat atau kata sisipannya berada di akhir kalimat. Maka, kata atau kalimat tersebut diakhiri oleh tanda titik seperti seharusnya. Lalu, tanda seru diberi karena Sir Arthur ingin para pembaca tahu bahwa Sherlock mengucapkan kata-kata sisipan itu sembari berseru. Sedangkan di kutipan kedua, tanda pisah diberi lagi pada akhir kalimat sisipan karena kalimat sebelum dan setelah kalimat sisipan masih satu kesatuan.
Untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
Tamu kami mengamati lelaki yang santai dan seenaknya—yang kata orang merupakan pemikir paling andal dan detektif paling bersemangat di seluruh Eropa—itu dengan heran.
“Sherlock Holmes: Scandal di Bohemia”karya Sir Arthur Conan Doley.
“…Idenya adalah kita akan melakukansemua hal ini bersama—misalnya membobol masuk Sea World, itu ada dalam rencana awal—dan aku akan mendorongmu menjadi seorang jagoan….”
Margo Roth Spiegelman di “Paper Town” karya John Green.
Dipakai di antara dua bilangan tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’
Misalnya:
Tahun 2009—2015
Tanggal 14—16 Mei 2015
Jawa Tengah—Surayabaya
Di samping tiga fungsi yang berdasarkan EBI di atas, menurut pengalamanku membaca novel, ada beberapa fungsi lagi dari tanda pisah. Misalnya ketika dialog seorang tokoh dipotong oleh tokoh lainnya.
“…Menurutku semua orang entah takut, seperti kau, atau cuek, seperti Lacey. Dan—“
“Aku tidak setakut yang kaupikirkan,”kataku. Dan itu benar. Aku baru menyadari hal itu benar setelah mengucapkannya. Tetapi tetap saja.
“Paper Town” Karya John Green.
Atau, percakapan yang diselingi atau dibarengi oleh suatu tindakan.
“…Jika entah bagaimana kau cukup pintar membukanya”—Haymitch membanting belenggu kepala itu ke ranjang dan mengeluarkan kepingan perak mungil—“Aku akan meminta mereka untuk mengoprasimudan menanamkan transmitter ini ke dalam telingamu agar aku bisa bicara denganmu dua puluh empat jam sehari.”
“The Hunger Games: Mockingjay” karya Suzanne Collins
Selain itu, aku juga menemuka penggunaan tanda pisah lain di novel Sherlock Holmes, yaitu:
Holmes mengatakan bahwa ia tak mau menyimpan pengetahuan yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya. Oleh karena itu, semua pengetahuan yang dimilikinya sekarang pastilah berguna baginya. Aku mencoba membuat hal-hal yang diketahui Holmes, dan tak bisa menahan senyum ketika melihat hasilnya. Dalam catatanku tertulis:
Sherlock Holmes—kelebihan dan kekurangan
1. Pengetahuan tentang sastra—Nol.
2. Filsafat—Nol.
3. Astronomi—Nol.
4. Politik—Rendah….
Bagaimana? Sudah mengerti? Aku harap begitu.
Terima kasih sudah mau menyempatkan diri untuk membaca. Tolong koreksi bila aku membuat kesalahan supaya aku dapat memperbaikinya. Sampai jumpa!
Comments