[Rincian]
Judul : Carve The Mark
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Maria Lubis
Penyunting : Dyah Agustine
Penerbit : Penerbit Mizan
Tahun terbit : 2017
Takdir memang tidak adil bagi sebagian orang, termasuk bagi Akos dan Cyra. Saat semua orang mendapatkan Berkah-Arus yang menguntungkan, berkah-Arus Akos da Cyra malah membuat mereka dikendalikan orang lain. Di dunia tempat Arus adalah segalanya, takdir kedua muda-mudi itu berkelindan demi memenuhi kepentingan jahat orang lain. Cyra, yang bisa memberi kesakitan luar biasa melalui sentuhan, dimanfaatkan abang kandungnya, san Tiran untuk menyiksa musuh-musuhnya. Sementara Akos yang kebal terhadap rasa sakit, dimanfaatkan untuk menjadi penjaga Cyra agar gadis itu tidak kabur dan berkhianat.
Akos, yang menjadi tawanan sang Tiran terpaksa tunduk untuk sementara, dalam usaha untuk melarikan diri dan menyelamatkan keluarganya yang tersisa. Sulit rasanya mengabaikan permusuhan di antara mereka, tapi Akos dan Cyra harus memutuskan apakah mereka akan saling membantu agar bertahan hidup, atau saling membunuh. Dapatkah mereka berdua kembali memegang kendali atas Arus, takdir, dan kehidupan mereka sendiri, serta mengembalikan keseimbangan kekuasaan di galaksi.
Pertama-tama, mari tidak menggunakan basa baku nan kaku. Santai aja, oke? Dua, tentu tulisan ini mengandung banyak spoiler. Jadi, jangan protes tentang ini.
Jujur, aku bingung mau mulai dari mana. Karena ini pertamakalinya aku nge-review. Takut salah—pasti. Tapi, aku bakal berusaha sebaik mungkin.
Oke, langsung aja.
+++
[Penjabaran Singkat]
Diceritakan bahwa terdapat sebuah galaksi dengan sembilan planet serta sebuah matahari sebagai pusat. Ada Dewan yang mengatur semua. Pada dasarnya, nggak semuanya, hanya hal-hal seperti kejahatan di galaksi atau di daerah bebas aturan suatu planet. Intinya, untuk mempersatukan.
Latar tempat utama ada di planet Thuvhe. Ada dua bangsa—Thuvhesit dan Shotet—yang menghuninya dan mereka bermusuhan. Thuvhesit adalah penghuni asli yang tinggal di bagian utara planet yang amat dingin. Sedangkan Shotet adalah bangsa pengembara yang akhirnya memutuskan untuk menetap di Thuvhe—atau yang mereka sebut Urek—karena aliran-Arus yang menuju ke Thuvhe lebih besar daripada yang ke planet-planet lain.
Dua tokoh utama: Akos Kereseth dan Cyra Noavek. Si Akos adalah anak salah satu peramal di planet Thuvhe yang memiliki takdir menjadi pelayan keluarga Noavek sampai mati di tangan mereka. Sedangkan Cyra adalah anak kedua dari Lazmet Noavek, pemimpin bangsa Shotet.
Berkah-Arus Cyra muncul saat abangnya, Ryzek, menukarkan ingatan mereka—berkah-Arus Ryzek adalah dapat menukar ingatan. Ibu mereka,Ylira Noavek, pun mengetahui hal itu dan berusaha untuk mencari solusi ke berbagai dokter. Namun, sudah terlalu banyak dokter, obat, dan pemeriksan yang Cyra lalui hingga dia muak. Tanpa sengaja, saat Cyra emosi, dia membunuh sang Ibu dengan berkahnya. Beberapa musim setelah itu, ayahnya meninggal pada suatu ziarah—upacara musiman bangsa Shotet. Kepemimpinan pun jatuh pada tangan Ryzek.
Pada suatu musim, takdir keluarga terpilih diumumkan oleh Dewan. Pada saat itu pula lah Akos dan abangnya, Eijeh, diculik oleh bangsa Shotet. Akos diculik untuk menjemput takdirnya sebagai pelayan keluarga Noavek. Sedangkan Eijeh diculik untuk jadi peramal pribadi Ryzek, yang sangat berhati-hati dalam bertindak karena takut akan takdirnya, yaitu tunduk pada keluarga Benesit.
Akos mengawali karirnya sebagai pelayan keluarga Noavek ketika Ryzek menyuruhnya untuk menjadi pelayan pribadi Cyra. Tugasnya adalah melegakan Cyra dari berkah-Arusnya dengan cara bersentuhan sebab berkah-Arus Akos adalah menghilangkan berkah-Arus. Mareka pun semakin dekat hingga saling jatuh cinta.
Inti dari cerita ini bukan hanya tentang kisah cinta Akos dan Cyra. Mirip seperti seri Divergent, novel ini juga mengisahkan tentang pemberontakan, yaitu pemberontakan kaum pinggiran Shotet yang membenci kepemimpinan rezim Noavek yang sewenang-wenang.
Buku ini diakhiri dengan berkumpulnya keluarga Kereseth di sebuah kapal milik pemberontak Shotet, pasca pertarungan Cyra dan Ryzek.
+++
[Cuap-cuap]
Novel ini … Aku bahkan selesai baca hanya dalam waktu empat hari! Rekor, karena biasanya aku butuh paling nggak satu bulan, kadang lebih. Saking antusiasnya buat baca kelanjutannya jadi nggak kerasa kalau tiba-tiba habis gitu aja. Padahal, jujur, awalnya aku beli buku ini bukan karena tertarik sama ceritanya, tapi bonusnya, yaitu epilog seri Divergent—cerita lima tahun pasca Tris meninggal. Kalau kalian beli di toko buku kayaknya nggak ada. Soalnya cuma tersedia bagi yang mengikuti pre-order (OP).
Bonusnya kagak mengecewakan karena pendek banget. Hahaha. Tapi semuanya kebayar sama novelnya. Yang aku suka dari novel ini adalah alurnya. Di mana si Pengarang nggabungin permasalah keluarga, sosial, politik, dan cinta dengan kemasan amat greget. Entah gimana jelasinnya. Karena—yah, aku nggak pinter-pinter banget berkomentar, dan ini adalah tahap belajar. Yang jelas tuh rasanya waktu baca novel ini kayak, “Oh, oke. Kita selesai sampai ini dulu. Lanjut nanti lagi.” Terus sepersekian detik kemudian langsung berubah, “Nggak bisa! Harus dilanjut.”
Selain unggul di alur. Novel ini juga unggul di bahasa dan nama-nama yang digunakan. Untuk bahasa, nggak diragukan lagi, gaya bahasa mbak Veronica Roth itu emang bagus, menurutku. Meski ini merupakan fiksi fantasi yang kata temen-temenku kebanyakan bahasanya rumit, si Penulis bisa mengarahkan pembaca menuju dunia yang dia buat melalui deskripsi yang sederhana, kosa katanya pun nggak asing si telinga. Yang asing itu nama-nama yang digunakan. Walau begitu, itu justru jadi keunggulan juga, seperti yang aku bilang. Karena lain daripada yang lain. Jadi, begitu nyebutin nama tokoh, tempat, atau nama bunga yang ada di novel ini, pasti pada tahu kalau itu berasal dari Carve The Mark.
Alur? Udah.
Bahasa? Udah.
Nama-nama? Udah.
Sekarang waktunya cover buku. Ada yang beda dari versi bahasa Indonesia dan versi asli, yaitu penghilangan tagline “Honor has no place in survival” di bagian paling atas dan tittle “Bestselling author of Divergent” di antara judul dan nama pengarang. Selebihnya sama, yaitu gambar empat goresan yang mengeluarkan cairan keemasan. Awalnya aku mikir-mikir, “Apaan sih ini?” Namun, setelah baca novelnya, aku nemuin titik terang. Menurutku, itu adalah tanda kematian. Jadi, bangsa Shotet itu punya tradisi untuk membuat luka goresan menggunakan pisau guna menandai orang-orang yang telah mereka bunuh. Aku rasa yang di cover adalah tanda milik Akos, entahlah, nggak tahu juga. Oh ya, dan tentang tagline yang ditiadakan, itu adalah ucapan milik Cyra.
Next.
Hal yang menurutku aneh di novel ini itu si Cyra. Dia bisa menghantarkan rasa sakit kepada seseorang hanya dengan lewat sentuhan tapi begitu tunduk ke kakaknya yang takut dan nggak suka akan rasa sakit. Dia mau aja dipaksa nyiksa atau bunuh orang demi kepentingan Ryzek sendiri. Sampai-sampai Cyra punya julukan Campuk Ryzek. Kenapa dia nggak mencoba buat melawan? Kenapa harus nunggu Akos masuk ke kehidupannya baru dia berani nentang Ryzek?
Dan, ngomong-ngomong tentang Akos, aku suka cara Akos mandang Cyra dan ngeyakini tuh cewek kalau dia itu bukan sekedar Cambuk Ryzek. Cyra itu lebih baik daripada itu. Well, mungkin si Cyra terlalu rendah diri. Maklum, dia nggak punya dukungan, nggak punya sandaran.
Bukan hanya tentang Cyra. Ada juga hal lain yang bikin aku, “Heh? Serius?” yaitu waktu pemberontak Shotet nurut perintah Isae, Kanselit Thuvhe. Gini, mereka itu berontak karena nggak suka pemimpin mereka, tapi tetep aja mereka itu kaum Shotet, musuh Thuvhesit. Dan, entah kenapa waktu Isae, yang statusnya numpang di kapal milik pemberontak Shotet, bisa seenaknya nyuruh mereka terbang ke tempat Dewan. Udah untung dapet tumpangan. Dan, hanya karena Cyra cuma melumpuhkan Ryzek—yang merupakan tujuan para pemberontak—dan gagal menyelamatkan kembarannya, Isae ngamuk nggak jelas. Bahkan dia nggak terima waktu kakak Akos bisa selamat.
Oke, aku emosi sana si Isae. Haha. Mari beralih ke momen favoritku. Berikut kutipannya:
“Aku tak tahu ingin menyebutnya bagaimana, tentang hubungan kita saat ini,” aku berkata. “Tapi, aku ingin kau tahu bahwa sikapmu … benar-benar mengubahku.”
…
“Kau tak tahu begaimana menyebutnya?” dia bertanya, saat akhirnya berbicara lagi.
Zirahnya jatuh ke lantai dengan suara berkelontang, dan dia meraihku. Melingkarkan lengan di pinggangku. Menarikku ke arahnya. Berbisik di mulutku: “Sivbarat. Zethetet.”
Satu kata Shotet, satu kata Thuvesit. Sivbarat berarti sahabat, seseorangyang sangat dekat dehingga kehilangan orang itu akan terasa sepertikehilangan anggota badan. Namun, aku belum pernah mendengar kata Thuvhesit itu.
…
“Apa artinya itu, ‘zethetet’?”
…
“Kekasih,” dia menjawab lembut. Dia menciumku lagi ….
Sayang banget sih ada banyak kesalahan dalam buku ini. Bikin nggak nyaman. Padahal aku udah jatuh cinta sama ceritanya. Cocok banget buat penyuka cerita fiksi fantasi yang punya tokoh revolusiner ala The Hungger Games, Divergent, atau Red Queen. Berikut daftar kesalahannya:
Kutip dua di awal atau di akhir percakapan hilang. Ini banyak banget. Ada satu yang bukan hilang melainkan ganti dengan tanda petik satu.
Salah nulis nama. Di suatu percakan, kakak perempuan Akos, Cisi, memperkenalkan Isae. Namanya yang seharusnya “Isae” salah tulis menjadi “Cisi”.
Terjemahan tidak tepat. Sudah jadi rahasia umum kalau orang Indonesia mengacaukan arti “Heart” sebagai “Hati”. Padahal arti sesungguhnya adalah “Jantung”. Di suatu adegan, Cyra menaiki tangga. Di sana dijelaskan bahwa anak tangganya ada banyak dan terlalu curam sampai Cyra (semacam) ngosngosan. Untuk melalui tangga seperti itu kita butuh jantung yang kuat. Tetapi, di novel jadi “Hati” bukan “Jantung”.
Salah menulis kata kepemilikan. Kan di novel ini ada dua sudut pandang: sudut pandang orang pertama punya Cyra dan sudut pandang orang ketiga punya Akos. Nah, lho. Jadi punya Akos ini POV (Point of View) si Penulis. Tapi menceritakan dari sisinya si Akos. Otomatis nggak ada aku-an di bagian itu. Tetapi ada satu yang harusnya “-nya” jadi “-ku”.
Terlepas dari segitu banyaknya kesalahan yang—mohon maaf—nggak bisa aku tunjukin halamannya. Karena ide untuk bikin review ini datang setelah aku selesai baca. Jadi, nggak aku tandai. Yang jelas novel ini recommended banget.
Oke, sampai di sini dulu. Bye-bye.