Hai! Aku kembali. Kali ini aku akan membahas tentang suatu elemen penti dalam sebuah cerita, yaitu dialog. Tanpa dialog cerita yang kita buat terasa mati. Terlebih jika kita tidak bisa menghidupkan narasi. Tetapi, jika kebanyakan dialog pun terasa menyebalkan, menurutku. Apalagi kalau penulisan dialognya kurang benar. Uh! Itu ngganggu banget. Sebagus apapun ceritanya pasti terasa mengganjal kalau seperti itu.
Nah, untuk itu, sekarang aku akan menunjukan beberapa tata cara penulisan dialog. Mari kita mulai! :)
Kalian pasti tahu tanda baca yang paling utama dalam dialog. Betul, yaitu tanda petik (“…”). Sebab dialog pasti dan harus diberi tanda petik di awal dan di akhir. Menurut EBI, tanda petik tidak perlu di beri spasi.
Contoh salah: Andi berkata, “ Aku lapar. “
Pembenaran : Andi berkata, “Aku lapar.”
Tetapi, waktu aku ngoreksi cerpen punya temenku yang setiap sesudah dan sebelum tanda petik diberi spasi, kata guruku nggak apa-apa. Entah guruku yang kurang mengerti tentang ejaan atau hal itu hanya semacam pengampunan bagi muridnya. Namun, yang jelas hal seperti itu tidak boleh. Oke?
Sekarang kita bahas mengenai tanda baca sebelum petik yang mengakhiri dialog.
1. Koma sebelum petik terakhir.
Jadi, nggak ada tuh yang namanya koma setelah petik (pada dialog).
Misalnya: “Payah! Ulangannya susah semua”, keluh Karin.
Karena yang benar adalah: “Payah! Ulangannya susah semua,” keluh Karin.
Nah, dari contoh dialog itu, kalian menemukan sesuatu yang lain nggak? Yup! Kata setelah tanda petik diawali huruf kecil. Jadi, salah kalau kalian menulisnya seperti ini:
“Payah! Ulangannya susah semua,” Keluh Karin.
2. Titik sebelum petik terakhir
Kebalikan dari pembahasan koma yang sebelumnya. Bila dialog diakhiri dengan tanda titik, maka huruf pertama dari kata setelah tanda petik ialah huruf kapital.
Misalnya: “Entah, aku tidak tahu apa maksudnya.” Gadis itu berkata sambil tertunduk.
3. Tanda tanya dan tanda seru sebelum petik terakhir
Yang perlu diingat pada poin ini adalah:
Tidak perlu ada tanda koma atau titik setelah tanda seru maupun tanda tanya.
Tidak perlu ada tanda koma atau titik setelah tanda petik terakhir
Dialog tag harus diawali huruf kecil, kecuali nama, jabatan, gelar, dsb.
Perhatikan contoh!
Contoh salah:
“Apa maksudmu?.” tanya Adel.
“Maaf. Aku tidak bisa melakukannya. Lakukanlah sendiri!”, Nisa menyuruhku.
“Tidak bisakah kau diam?” kevin bertanya.
“Pergi kau!” Perintahnya.
Pembenaran:
“Apa maksudmu?” tanya Adel
“Maaf. Aku tidak bisa melakukannya. Lakukanlah sendiri!” Nisa menyuruhku.
Tidak bisakah kau diam?” Kevin bertanya.
“Pergi kau!” perintahnya.
Masih ada sangkut pautnya sama hal-hal yang kita bahas sebelumnya. Poin kali ini ialah dialog sambungan. Coba perhatikan contoh!
“T-tapi,” aku tergagap karena terkejut, “Kenapa harus aku?”
Nah, contoh di atas adalah salah! Sebab kata “karena” diawali oleh huruf kapital. Padahal dua dialog yang terputus di atas masih satu kalimat, yaitu: “T-tapi, kenapa harus aku?”
Jadi, yang benar ialah:
“T-tapi,” aku tergagap karena terkejut, “kenapa harus aku?”
Kata “aku” pun juga tidak diawali dengan huruf kapital. Karena bukan nama orang, jabatan, gelar, dsb.
Selanjutnya, ialah dialog terputus yang memiliki dua macam, yaitu terputus karena dipotong oleh tokoh lain dan terputus karena si tokoh tidak dapat melanjudkan kalimatnya. Buat yang udah pernah baca artikelku sebelumnya pasti udah paham tentang yang pertama. Sedangkan buat yang belum baca, tenang aja, di sini bakal aku jelasin lagi kok.
1. Terputus karena dipotong oleh tokoh lainnya
Dengan gugup Rafael berusaha untuk menjelaskan, “Aku bisa meluruskan semua—“
“Ah, sudah cukup!” Erika memotong. “Aku tidak perlu penjelasan darimu lagi, Raf.”
2. Si tokoh tidak dapat meneruskan perkataannya
“Apa? Bagaimana kau bisa tahu …” Anna memandang nanar ke sekelompokorang di depannya. Kata-katanya menggantung di udara, lantas tergantikanoleh isak tangis.
“Mamamu itu … dia terlalu menyebalkan,” adu William pada istrinya.
Masih seputar tanda baca,kali ini kita beralih pada kutipan di dalam dialog. Jika pada paragraf atau narasi sebuah kutipan diampit oleh tanda kutip, lantas bagaimana dengan kutipan di dalam dialog?
Jawabannya ialah menggunakan tanda kutip satu (‘…’). Contohnya:
“Kemarin aku bertemu dengan ayah.” Karina mulai bercerita. “Beliau menghampiriku sambil tersenyum. Kemudian bertanya, ‘Bagaimana kabarmu, Sayang?’”
Mari keluar dari zona tanda baca. Sekarang adalah waktunya perkataan dalam hati sebelum atau sesudah dialog. Perhatikan contoh!
Maaf, telah menyakitimu, batin Reynald. “Pergilah! Jangan pernah menemuiku lagi,” suruhnya, kemudian enyah begitu saja.
“Aku baik-baik saja.” Atau setidaknya itulah yang kuharapkan, Mika meneruskan dalam hati.
Yup! Betul sekali. Ucapan dalam batin ditulis dengan cetakan miring, sama seperti obrolan via telepati yang dilakukan oleh Teresa dan Thomas dalam novel seri “The Maze Runner”.
Sedangkan untuk pikiran si tokoh (jika cerita bersudut pandang orang ketiga) ada penulis yang mencetak miring kalimat yang dipikirkan tokoh, ada pula yang menulisnya seperti dialog biasa. Contohnya pada novel "The Winner Stands Alone" karya Paulo Coelho.
Olivia tampak cantik, bahkan saat sudah mati. Alis gelapnya, raut kekanakan, payudaranya… “Tidak,” pikir si inspektur,”aku takkan membayangkan soal itu. Aku professional.”
Selanjutnya, coba amati contoh dialog pada poin saru di pembahasan dialog terputus. Setelah memotong perkataan Rafael, Erika mengatakan kalimat selanjutnya. Di sana dia menyebut potongan nama Rafael di akhir kalimat. Kalian lihat? Potongan nama itu ditulis dengan huruf kapital, begitu juga jika kata sapaan pak, bu, dsb. Contoh:
“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Elena.
Luna membulatkan mata. Ia bertanya, “Lho, bukannya tugas itu dikumpulkan minggu depan, Pak?”
“Lihatlah aku, Mbak! Aku hebat, kan?” Ken berbangga diri.
Hm … Kalian memperhatikan nggak sih? Dari tadi tuh aku selalu ngasih contoh berupa percakapan pendek. Terus gimana kalau kita mau nulis perjakapan panjang? Nah,maka dari itu sekarang aku mau menjelaskan tentang tata cara penulisan dialog panjang.Coba perhatikan contoh di bawah ini!
Tangannya menggenggam milikku begitu erat. Sambil mengunci pandangan kami ia mulai menjelaskan. “Percayalah padaku. Aku sama sekali tidak pernah berselingkuh darimu. Yang kau lihat sore kemarin hanyalah salah paham. Aku ingin menjelaskan semuanya namun kau sudah terlanjur pergi. Aku pun tak tahu di mana kau berada. Jadi kuputuskan untuk menemuimu hari ini.
“Perlu kau tahu bahwa wanita yang kemarin bersamaku adalah anak dari rekan kerja ayahku. Kami hanya berteman, dan dia sedang butuh bantuanku. Tetapi, saat kami sedang berjalan secara tidak sengaja dia terjatuh. Tentu aku harus menolongnya. Kau bisa mengerti itu, kan?”
Gimana? Udah tahu, kan? Betul. Kalau dialog panjang nggak perlu dikasih tanda petik penutup di akhir paragraf. Karena tanda tersebut hanya diberi di akhir dialog. Tetapi, tanda petik awal tetap diberi di setiap awal paragraf.
Nah, gimana? Udah jelas, kan? Materi ini mudah banget kok. Kalian hanya perlu banyak mengamati novel-novel dan juga berlatih. Di episode selanjutnya aku bakal membahas tentang dialog tag. Sampai jumpa! (: