Dua kali dering bel terdengar ke seluruh penjuru sekolah, menandakan bergantinya jam pelajaran dengan jam istirahat. Para murid pun segera berhambur ke luar kelas penuh sukacita. Ada yang berlari, bergerombol hingga memenuhi jalan, atau berjalan dengan santai dan penuh gaya.
Dari kejauhan pandanganku menangkap dua orang gadis yang tengah mendekat. Seperti biasa, mereka berisik sekali. Bahkan, dengan telinga yang tersumbat earphone pun aku dapat mendengar kehebohan mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan. Aku hanya bisa menunggu sembari menandaskan jus jeruk di dalam gelasku.
“Livia!” ucap salah satu di antara dua gadis tadi.
Kemudian, tanpa permisi gadis berpotongan rambut sebahu itu mencabut earphone-ku. Sontak, aku terkejut. Dengan tampang sebal, segera kurebut barangku dari tangannya.
“Apa-apaan sih lo!” kataku.
“Hei, lo tau nggak?” tanya gadis lainnya—seorang gadis berkacamata merah muda.
Aku mengernyit sambil menggelengkan kepala. “Apaan?” tanyaku.
“Dih, ketinggalan jaman lo!” ucap Karin, si rambut pendek.
“Radit nembak Arin, Liv!” kata Rika, gadis berkacamata merah muda. “Masa lo nggak tau? Ya ampun, berita ini tuh lagi hot banget.”
“Oh gitu,” ucapku dengan wajah tanpa ekspresi, lantas kembali menikmati jus jerukku.
Well, aku pun cuma bakal berkata, “Oh gitu.” Terus lanjut minum kalau cerita yang aku baca penulisannya semacam ini. Ucap, kata, tanya—terus aja sampai Justin Bieber nikah sama aku. Uh, ngganggu banget, iya nggak sih? Coba bandingin sama yang di bawah ini!
Dua kali dering bel terdengar ke seluruh penjuru sekolah, menandakan bergantinya jam pelajaran dengan jam istirahat. Para murid pun segera berhambur ke luar kelas penuh sukacita. Ada yang berlari, bergerombol hingga memenuhi jalan, atau berjalan dengan santai dan penuh gaya.
Dari kejauhan pandanganku menangkap dua orang gadis yang tengah mendekat. Seperti biasa, mereka berisik sekali. Bahkan, dengan telinga yang tersumbat earphone pun aku dapat mendengar kehebohan mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan. Aku hanya bisa menunggu sembari menandaskan jus jeruk di dalam gelasku.
“Livia!” panggil salah satu di antara dua gadis tadi.
Kemudian, tanpa permisi gadis berpotongan rambut sebahu itu mencabut earphone-ku. Sontak, aku terkejut. Dengan tampang sebal, segera kurebut barangku dari tangannya.
“Apa-apaan sih lo!” Aku memprotes.
“Hei, lo tau nggak?” tanya gadis lainnya—seorang gadis berkacamata merah muda.
Aku mengernyit sambil menggelengkan kepala. Lalu, aku balik bertanya, “Apaan?”
“Dih, ketinggalan jaman lo!” cibir Karin, si rambut pendek.
“Radit nembak Arin, Liv!” Rika, gadis berkacamata merah muda, menjawab pertanyaanku dengan cara memekik. “Masa lo nggak tau? Ya ampun, berita ini tuh lagi hot banget.”
“Oh gitu.” Aku menanggapi dengan wajah tanpa ekspresi, lantas kembali menikmati jus jerukku.
Rangkaian kata yang aku cetak tebal itulah yang dinamakan “Dialog Tag”, yaitu kata-kata yang menerangkan suatu dialog. Kalau dialog tag-nya beragam kan jadi lebih berwarna dan enak dibaca. Nggak bikin bosen pula. Ekspresi para tokoh pun menjadi kelihatan lebih jelas.
Untuk ragam dialog tag itu ada banyak. Tegantung seberapa banyakkah perbendaharaan kata kita. Kalau saat kita menulis, lalu kita menggunakan berbagai dialog tag, berarti kita cukup kaya dalam hal perbendaharaan kata. Di sinilah membaca akan terasa penting. Jadi, jangan bosen buat baca, oke?
Nah, di bawah ini adalah beberapa contoh dialog tag yang biasa digunakan.
Gumam
Jawab
Kata
Lanjut
Pekik
Pinta
Potong
Protes
Tanya
Teriak
Tolak
Tukas
Ucap
Ujar
Ulang
Sahut
Sanggah
Sergah
Seru
Suruh
Banyak, kan? Maka dari itu, kalau kalian memang berniat untuk menekuni dunia kepenulisan, segeralah perkaya perbendaharaan kata kalian. Aku pun juga begitu, dan proses memperkaya ini nggak akan pernah ada batasnya. Sebab bahasa terus berkembang. Selalu ada aja kata baru setiap saat.
Oke, kembali.
Untuk penggunaan, seperti yang kalian lihat dicontoh yang aku tulis di awal, dialog tag nggak salalu di belakang. Ada juga yang di depan. Berbagai macam bentuk, ya? Nah, di bawah ini ada beberapa bentuk dialog yang biasa dipakai. Perhatikan baik-baik, oke?
“Tidak,” tolakku mentah-mentah. “Aku tidak mau dijodohkan, Ma.”
Perlahan tangan halus mama terangkat. Kukira beliau ingin memukulku. Ternyata, aku salah sangka. Sambil mengelus rambutku beliau menasehati, “Ini semua demi kebaikan kamu, Nak.”
“Tapi, aku tidak mau dijodohkan, Ma,” ulangku. “Aku benar-benar tidak mau.” Aku melanjutkan.
“Kalau begitu,” kata mama pada akhirnya, “mama akan membatalkan perjodohanmu.”
Dalam satu adegan aja ada berbagai macam bentuk dan beragam dialog tag, ya? Mari simak penjelasan contoh-contoh di atas.
Itu merupakan contoh dialog tag yang ada di tengah. Kata “Tolak” memiliki huruf “T” kecil di sana sebab sebelum kata “Tidak” tanda baca yang dipakai adalah koma. Lain halnya dengan kata “Aku” yang berawalan huruf kapital. Dikarenakan dialog tag di sana diakhiri oleh titik.
Tetapi, contoh yang ini berbeda. Meski dialog tag yang digunakan berakhiran koma, namun kata “Ini” berawalan huruf kapital. Sebab dialog tag yang dipakai adalah dialog tag yang ada di awal.
[Sama seperti 1]
Ini pun sama mirip contoh 1, yaitu dialog tag di tengah. Bedanya, dialog tag di sini diakhiri oleh koma sehingga kata “mama” tidak berhuruf kapital di awal.
Contoh lain:
“Apa?” aku memekik keras-keras. “Teganya kamu membuang semua novelku.”
Dengan begitu santai Andika berkata, “Itu hukuman karena kamu sudah terlalu sering mengabaikanku.”
“Tapi, itu semua sangat berharga. Aku tidak mau tahu. Pokoknya, kamu harus mengembalikannya sekarang juga,” rengekku layaknya anak kecil yang sedang meminta permen.
“Tidak bisa!” tolak Dika dengan tegas.
“Tapi—“
“Aku bilang tidak, berarti tidak!” potongnya. “Kau tuli atau apa sih?”
Sedetik, dua detik, tiga detik … hampir satu menit kemudian, air mataku mulai menuruni pipi. “Jahat!”
Penjelasan:
Sama seperti dialog yang diakhiri oleh tanda koma, jika sebuah dialog diakhiri oleh tanda tanya atau tanda seru, maka kata awal dialog tag tidak berawalan huruf kapital.
[Lihat contoh sebelumnya]
[Lihat contoh sebelumnya]
[Sama seperti 1]
Ingat, dialog tidak harus memiliki dialog tag. Boleh kok kalau tidak diberi asalkan jangan terlalu sering supaya pembaca tidak bingung.
[Sama seperti 1]
Kalimat sebelum dialog itu bukanlah dialog tag. Itu hanya kalimat yang menerangkan aksi atau perasaan tokoh. Ingat, dialog tag.
Aku rasa, berbagai contoh bentuk dialog di atas sudah cukup untuk memperindah karya tulis kita. Mungkin kalian akan menemukan bentuk yang lainnya asalkan kalian rajin membaca. Jadi, aku sudahi materi dialog tag ini sampai di sini. Semoga dapat bermanfaat. Sampai jumpa lagi (: